SOSIOLOGI ANTROPOLGI PENDIDIKAN

PENDIDIKAN TINGGI DIKEJAR, 
DISRUPSI TEKNOLOGI MENYEBAR

Oleh : Zakia Listiya A / 18413244018

         Salah satu fenomena budaya dalam dunia pendidikan yang selalu terjadi setiap tahunnya dalam masyarakat adalah tes seleksi masuk perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang menyebar diseluruh wilayah Indonesia. Dalam pelaksanaannya siswa-siswi tingkat akhir dibangku SMA maupun SMK akan mempersiapkan diri untuk mengikuti rangkaian syarat masuk perguruan tinggi dengan jurusannya masing-masing. Hal seperti ini sudah biasa dijumpai diseluruh wilayah Indonesia, karena pada dasarnya pendidikan merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap manusia. Oleh karenanya setiap orang akan mulai berusaha untuk mengejarnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
      Seiring berjalannya waktu, ditengah fenomena itu terjadi peradaban terus tumbuh. Kemajuan sains dan teknologi diseluruh dunia semakin berkembang dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bangi pendidikan Indonesia yang melum merata penyebarannya. Perlahan dan pasti sekarang ini pekerjaan satu per satu digantikan oleh tenaga robot dan juga mulai bermunculan pekerjaan baru jenis hybrid yang belum ada aturannya, seperti layanan toko online, transportasi online dan sejenisnya yang sudah mulai menyebar luas dimasyarakat. Fenomena seperti ini muncul dalam kosakata keseharian masyarakat belakangan ini dngen istilah disrupsi yang berarti pergeseran fundamental aktivitas masyarakar, mulai dari aktivitas nyata menjadi aktivitas digital yang cenderung maya sehingga dampak dari pesatnya kemajuan teknologi inilah yang melahirkan istilah revolusi digital atau revolusi industry 4.0. Teknologi yang semula membantu memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas, kini teknologi telah mengubah wajah lebih dari separuh sendi aktivitas hidup manusia mulai dari komunikasi, gaya hidup, transportasi, persaingan kerja, pendidikan, seni  dan hiburan serta masih banyak lagi adalah revolusi besar dalam dunia bisnis. Dalam bisnis transformasi digital dinilai membuka banyak peluang melalui pemanfaatan data untuk membangun konsep ekonomi baru. Setiap lembaga dan instansi pemerintahan juga menjalankan pengelolaan pemerintahan dan kelembagaan berbasis IT yang mendorong terciptanya pengelolaan manajemen dan bisnis menjadi lebish efisien, efektif, profesional dan berdaya saing tinggi.
      Melihat era revolusi industri 4.0 yang mulai menggeser tenaga manusia dengan teknologi, memberikan efek terhadap hilangnya beberapa jenis pekerjaan yang bersifat repetitif beresiko pada otomatisasi. Oleh sebab itu mejadi suatu tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi dan seluruh masyarakat Indonesia dalam meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diterapkan seharusnya bisa lebih baik dan lebih bisa diterima secara merata oleh masyarakat Indonesia di belahan wilayah nusantara manapun. Dengan demikian menjadi pekerjaan pemerintah dalam upaya untuk pengadaan teknologi sebaik mungkin serta melakukan program pelatihan untuk guru guna peningkatan sumber daya manusia yang paham dan pandai dalam pemanfaatan teknologi.
        Eksistensi atau perwujudan keberadaan manusia dalam masyarakat ditentukan oleh status sosial seperti pendidikan, pekerjaan, popularitas, pangkat ataupun jabatan. Era disrupsi teknologi bermunculan tokoh-tokoh seperti Jack Ma, Nadiem Makarim hingga Ria Ricis yang dianggap mewakili icon generasi baru yang memanfaatkan tekologi. Jika eksistensi sosial yang ditentukan oleh status sosial digeser ke ranah gigital dan mampu menghasilkan generasi eksis secara parameter sosial, lantas apa gunanya pendidikan yang bersifat formal? Untuk apa generasi kini mengejar pendidikan tinggi?. Apabila ada yang berpendapat kuat bahwa eksistensi diri dapat didapatkan dengan memiliki gelar akademik yang berderet, bukankah mereka yang trending di Youtube embel-embel akademis itu tidak akan berarti apapun?. Untuk itu kita harus berpikir pentingnya budaya pendidikan formal di era sekarang ini dimana pendidikan adalah awal dari lahirnya disrupsi teknologi. Tanpa adanya bekal pendidikan yang memadai, revolusi industri ini tidak akan terjadi. Lahirnya perubahan pola pasti diawali oleh sebuah proses pembelajaran yang baik dan berkesinambungan jadi dengan pendidikan inilah yang menciptakan mindset digital dikalangan muda saat ini. Pendidikan formal sebagai pembentuk karakter akademis pada seseorang pun turut andil terhadap perilaku manusia dalam menciptakan, membaca dan berinovasi. Dengan karakter akademis ini pula yang menghasilkan pemikiran dan proses bagaimana seseorang menjadi eksis di dunia nyata atau maya. Disrupsi teknologi sampai saat ini belum menyentuh ke disrupsi pola pikir masyarakat yang menempatkan secara berurutan pendidikan, status pekerjaan, pangkat maupun jabatan menjadi nilai eksistensi sosial. Budaya masyarakat yang menganggap sekolah dulu lalu bekerja medapat gaji masih tertanam kuat dalam masyarakat sehingga pendidikan formal tetap dibutuhkan. Dengan berpendidikan setinggi-tingginya, gaya hidup, inovasi dan keberhasilan dalam mendapatkan eksistensi sosial akan mengikuti dimana keberadaannya. Pergaulan dalam lingkup pendidikan akan mempengaruhi komunitas yang muaranya dengan siapa orang akan bergaul dalam kehidupan sehari harinya. Dengan demikian dalam menghadapi era disrupsi sosial ini tidak perlu khawatir lagi dalam mengejar pendidikan yang setinggi-tingginya.

                                                                     Sumber Referensi
S.W. Septiarti, M.Si., dkk. 2017. Sosiologi dan Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY PRESS.
Diakses pada Selasa, 19 November 2019 pukul 01.08 WIB
Diakses pada Selasa, 19 November 2019 pukul 01.10 WIB


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku 'BUDAYA dan MASYARAKAT' KUNTOWIJOYO

DIARY 5 Etika dan Profesi Keguruan

Kesadaran Hukum Masayarakat